Translate

Selasa, 24 November 2015

MENENTUKAN PIKIRAN UTAMA DAN PIKIRAN PENJELAS

Manusia lahir dari suatu masyarakat yang mempunyai sejarah  dan tradisi. Ia merupakan individu yang mau tidak mau harus mewarisi seperangkat nilai-nilai tradisional. Namun kemudian dalam proses kedewasaan ia akan menghadapi suatu kenyataan yang selalu berubah-ubah. Suatu realitas kehidupan yang menyuguhkan tantangan baru yang berbeda baik skala ataupun dimensinya. Disinilah individu tersebut melihat adanya nilai-nilai tradisional yang kurang serasi atau kurang mampu menghadapi tantangan baru tersebut.
Pikiran Utama : Manusia lahir dari suatu masyarakat yang mempunyai sejarah  dan tradisi

Pikiran Penjelas :
a. Ia merupakan individu yang mau tidak mau harus mewarisi seperangkat nilai-nilai tradisional
b. Dalam proses kedewasaan ia akan menghadapi suatu kenyataan yang selalu berubah-ubah
c. Disinilah individu tersebut melihat adanya nilai-nilai tradisional yang kurang serasi atau kurang mampu menghadapi tantangan baru tersebut.


PARAGRAF DEDUKTIF

Paragraf deduktif adalah suatu Paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal Paragraf. Paragraf ini diawali dengan pernyataan yang bersifat umum dan kemudian dilengkapi dengan penjelasan-penjelasan khusus yang berupa contoh-contoh, rincian khusus, bukti-bukti dan lain-lain. Karena Paragraf deduktif dikembangkan dari suatu pernyataan umum, maka pola kalimatnya adalah dari umum ke khusus.
Bahasa Muna belum tentu dapat dipakai dengan baik oleh seorang turunan Inggris yang lahir di Raha (Muna) yang hidup dari kecil, dewasa, sampai tua di tempat itu. Hal ini sangat berbeda dengan bahasa Buton dan bahasa-bahasa lain di Makasar. Bahasa-bahasa yang disebut terakhir ini dapat dipahami dengan mudah oleh pendatang dari daerah lain serta dapat mereka pergunakan dengan baik dalam bahasa sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Muna agak sukar dipelajari oleh penutur asing.

Bentuk deduktifà Bahasa Muna agak sukar dipelajari oleh penutur asing. Bahasa Muna juga belum tentu dapat dipakai dengan baik oleh seorang turunan Inggris yang lahir di Raha (Muna) yang hidup dari kecil, dewasa, sampai tua di tempat itu. Hal ini sangat berbeda dengan bahasa Buton dan bahasa-bahasa lain di Makasar. Bahasa-bahasa yang disebut terakhir ini dapat dipahami dengan mudah oleh pendatang dari daerah lain serta dapat mereka pergunakan dengan baik dalam bahasa sehari-hari.


Sumber: http://www.kelasindonesia.com

MEMBUAT KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu  menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis.

Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat sebagai berikut:

1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis.
3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya dengan tepat.
4. Sistematis dan tidak bertele-tele.

1.      Jembatan layang itu belum selesai seperti yang sudah direncanakan disebabkan karena dananya belum dapat dicairkan semua
Kalimat efektifà Jembatan layang itu belum selesai seperti yang sudah direncanakan karena semua dananya belum cair.
Pola kalimatà S P O K
2.      Agar supaya anda memperoleh nilai ujian yang memuaskan, anda harus belajar dengan sebaik-baiknya
kalimat efektifà supaya anda memperoleh nilai ujian yang memuaskan, anda harus belajar dengan sebaik-baiknya.
Pola kalimatàS P O K
3.      Sebelum anda mengerjakan tes ini, sebaiknya anda berdoa dahulu agar diberi petunjuk oleh tuhan yang maha kuasa
Kalimat efektifàsebelum mengerjakan tes ini, sebaiknya anda berdoa terlebih dahulu agar diberi petunjuk oleh Tuhan yang Maha Kuasa
Pola kalimatà S P O K
4.      Didalam karya tulis ini mengemukakan tentang bank yang mempunyai andil didalam masyarakat
Kalimat efektifàDalam karya tulis ini, dikemukakan tentang bank yang mempunyai andil dalam masyarakat
Pola kalimatàS P O
5.      Karena data data itu belum diproses atau masih merupakan data mentah, jangan berikan kepada siapa pun, termasuk wartawan.
Kalimat efektifàKarena data itu belum diproses dan masih berbentuk data mentah, maka jangan diberikan kepada siapa pun termasuk wartawan.
Pola kalimatà S P O

Sumber: - http://www.kelasindonesia.com/

MENENTUKAN POLA KALIMAT

Satuan terkecil dari sebuah bahasa adalah kalimat baik dalam bentuk tulisan maupun lisan. Namun, tahukah Anda kalimat terdiri dari unsur – unsur pembentuk kalimat yang saling berangkai dan membentuk satu kesatuan makna.

Unsur pembangun kalimat tersebut, diantaranya adalah Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel.), dan Keterangan (K). Unsur – unsur ini memiliki fungsi dan tugasnya masing – masing di dalam kalimat, dan untuk membentuk sebuah kalimat, minimal harus memiliki unsur Subjek (S), dan Predikat (P) di dalamnya. Pada artikel kali ini, marilah kita bahas unsur – unsur pembentuk kalimat ini satu persatu hingga tuntas.

1.       Rumahku menghadap ke utara
Rumahku = subjek
Menghadap = predikat
Ke utara = keterangan (tempat)
2.       Gamelan merupakan ciri kesenian tradisional
Gamelan = subjek
Merupakan = predikat
Ciri kesenian tradisional = objek
3.       Keputusan hakim sesuai dengan tuntutan jaksa
Keputusan hakim= subjek
Sesuai = predikat
Dengan tuntutan jaksa = objek
4.       Sayur mayur didatangkan dari bogor
Sayur mayor = subjek
Didatangkan = predikat
Dari bogor = keterangan(tempat)
5.       Lina, anak pak hadi, tersenyum manis
Lina, anak pak hadi = subjek
Tersenyum = predikat
Manis = keterangan
6.       Dona memasukan bungkusan itu kedalam mobil
Dona = subjek
Memasukan = predikat
Bungkusan itu = objek
Kedalam mobil = keterangan
7.       Pengusaha mengajak buruhnya menyelesaikan masalah secara damai
Pengusaha = subjek
Mengajak = predikat
Buruhnya = objek
Menyelesaikan masalah secara damai = keterangan
8.       Negara kita berlandaskan hukum
Negara kita = subjek
Berlandaskan = predikat
Hukum = objek
9.       Korea utara mematuhi seruan PBB
Korea utara = subjek
Mematuhi = predikat
Seruan PBB = objek
10.   Para petani menanami sawahnya dengan palawija dalam musim ini
Para petani = subjek
Menanmi = predikat
Sawahnya = objek
Dengan palawija dalam musim ini = keterangan
11.   Mahasiswa mengirimi jaksa agung ayam betina
Mahasiswa = subjek
Mengirimi = predikat
Jaksa agung = objek
Ayam betina = keterangan
12.   Mahasiswa hukum itu berdebat bagaikan pengacara
Mahasiswa hukum itu = subjek
Berdebat = predikat
Bagaikan pengacara = keterangan

Sumber: - http://www.prbahasaindonesia.com

Minggu, 04 Oktober 2015

Penggunaan EYD yang salah dan pembenarannya

Pada tulisan saya kali ini, saya akan mencoba membenarkan kata yang tidak sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Berikut screenshoot dan pembenarannya:

Kata “apotik” diatas tidak baku. Seharusya kata baku dari apotik adalah “APOTEK”.








Kata “pantay” diatas tidak baku. Seharusnya kata baku dari “pantay” adalah “pantai"







Kata “bis” diatas tidak baku. Seharusnya “bus”.


referensi:

Sabtu, 03 Oktober 2015

Pentingnya Bahasa Indonesia dalam Era Teknologi

                Bahasa adalah jembatan untuk berkomunikasi dengan satu orang dengan yang lain. Bahasa juga merupakan ciri dimana kita tinggal. Contoh kita tinggal di Indonesia, kita menggunakan bahasa Indonesia. Atau suatu hari kita pergi ke luar negeri seperti ke inggris, maka bahasa yang kita gunakan adalah bahasa inggris.
                Bahasa menjadi seuatu yang vital pada saat ini. Karena bahasa yang kita gunakan pada saat berbicara pada orang lain seperti teman, tetangga, atau saudara itu berbeda dengan ketika kita berbicara atau berbahasa dengan orang tua kita. Jika kita menggunakan bahasa yang kadang kala kasar, berbeda dengan kita berbahasa pada orang tua kita. Kita harus menggunakan bahasa yang baik. Begitupula ketika kita nanti masuk ke dunia kerja, akan berbeda ketika kita akan melakukan pembicaraan dengan atasan kita.
                Bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa yang diakui dunia dan dijadikan bahasa resmi oleh Negara Republik Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada diindonesia sebagai bahasa ibu. Di timor leste, bahasa Indonesia digunakan untuk bahasa kerja.
                Pada era teknologi sekarang ini, saya merasa bahasa yang baik dan benar sudah mulai ditinggalkan. Contoh, saya sering sekali melihat tutur kata yang tidak baik pada saat saya membuka sosial media. Artis contohnya, mereka mempunyai fans atau penggemar. Dan ada lagi namanya haters. Yakni orang orang yang tidak suka dengan artis tersebut. Haters ini akan mengomentari setiap postingan artis tersebut dengan kata kata yang merendahkan, ,menghina, bahkan kadang menjatuhkan artis tersebut.
                Menurut saya teknologi dan bahasa seharusnya menjadi sinergi yang baik dalam perjalanan kedepannya. Bahasa yang baik tetap dijunjung tinggi pada saat kita menggunakan teknologi tersebut. Teknologi hanyalah cara baru atau jembatan yang bisa dibilang modern pada penyampaiannya. Contoh, kalau dulu kita harus menulis surat dengan kertas dan pena, lalu kita ke kantor pos agar surat tersebut dikirim ke alamat yang kita tuju, kemudian surat kita sampai ke tujuan dalam waktu hitungan beberapa hari, pada era teknologi seperti sekarang kita tidak melakukan itu lagi. Surat beserta alamatnya hanya perlu kita ketik saja dikomputer, lalu kita kirim dengan cara menekan tombol kirim, lalu surat kita akan sampai ke alamat tujuan hanya dengan hitungan detik.
                Harapan saya kedepannya kita menjadi manusia yang menggunakan teknologi dan bahasa dengan baik dan benar. Kebebasan dalam berbahasa di teknologi tidak digunakan dengan benar benar bebas. Bebas yang dimaksud adalah bebas yang tetap menggunakan bahasa yang baik. Sehingga tidak ada unsur menjatuhkan manusia satu dengan yang lain.


Sumber:


Selasa, 29 September 2015

Penggunaan EYD yang baik dan Benar

A.      Penulisan Huruf
1.       Huruf kapital atau huruf besar
A.       Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Kami menggunakan barang produksi dalam negeri.
Siapa yang datang tadi malam?
Ayo, angkat tanganmu tinggi-tinggi!
B.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, ”Kapan kita ke Taman Safari?”
Bapak menasihatkan, ”Jaga dirimu baik-baik, Nak!”
C.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan nama kitab suci, termasuk ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Islam, Kristen, Alkitab,  Quran, Weda, Injil.
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hambanya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
D.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim, Raden Wijaya.
E.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Presiden Yudhoyono, Mentri Pertanian, Gubernur Bali.
Profesor Supomo, Sekretaris Jendral Deplu.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
Kapten Amir telah naik pangkat menjadi mayor.
Keponakan saya bercita-cita menjadi presiden.         
F.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Albar Maulana
Kemal Hayati
Muhammad Rahyan
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 watt
2 ampere
5 volt
G.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa-bangsa dan bahasa. Perlu diingat, posisi tengah kalimat, yang dituliskan dengan huruf kapital hanya huruf pertama nama bangsa, nama suku, dan nama bahasa; sedangkan huruf pertama kata bangsa, suku, dan bahasa ditulis dengan huruf kecil.
Penulisan yang salah:
Dalam hal ini Bangsa Indonesia yang ….
…. tempat bermukim Suku Melayu sejak ….
…. memakai Bahasa Spanyol sebagai ….
Penulisan yang benar:
Dalam hal ini bangsa Indonesia yang ….
…. tempat bermukim suku Melayu sejak ….
…. memakai bahasa Spanyol sebagai ….
Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
        keinggris-inggrisan
        menjawakan bahasa Indonesia
H.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
        tahun Saka
        bulan November
        hari Jumat
        hari Natal
        perang Dipenogoro
Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Ir. Soekarno dan Drs. Moehammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Perlombaan persenjataan nuklir membawa risiko pecahnya perang dunia.
I.         Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.
                                                    Misalnya:
Salah
Benar
teluk Jakarta
Teluk Jakarta
gunung Semeru
Gunung Semeru
danau Toba
Danau Toba
selat  Sunda
Selat Sunda

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
        Jangan membuang sampah ke sungai.
        Mereka mendaki gunung yang tinggi.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
        garam inggris
        gula jawa
        soto madura
J.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, nama resmi badan/
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
        Departemen Pendidikan Nasional RI
        Majelis Permusyawaratan Rakyat
        Undang-Undang Dasar 1945
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi lembaga pemerintah, ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Perhatikan penulisan berikut.
        Dia menjadi pegawai di salah satu departemen.
        Menurut undang-undang, perbuatan itu melanggar hukum.
K.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf kapital setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan/ lembaga.
                Misalnya:
                        Perserikatan Bangsa-Bangsa.
                        Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.
L.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) dalam penulisan nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, dalam, yang, untuK yang tidak terletak pada posisi awal.
                Misalnya:
        Idrus menulis buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
        Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
        Dia agen surat kabar Suara Pembaharuan.
        Ia menulis makalah ”Fungsi Persuasif dalam Bahasa Iklan Media Elektronik”.
M.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti Bapak, Ibu,   Saudara, Kakak, Adik, Paman, yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
                Misalnya:
        ”Kapan Bapak berangkat?” tanya Nining kepada Ibu.
        Para ibu mengunjungi Ibu Febiola.
        Surat Saudara sudah saya terima.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai dalam penyapaan.
Misalnya:
        Kita semua harus menghormati bapak dan ibu kita.
        Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
N.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
        Dr.           : doktor
        M.M.       : magister manajemen
        Jend.      : jendral
        Sdr.         : saudara
O.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
        Misalnya:
        Apakah kegemaran Anda?
        Usulan Anda telah kami terima.

2.       Huruf Miring
A.       Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
                        Misalnya:
        majalah Prisma
        tabloid Nova
        Surat kabar Kompas
B.       Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
                        Misalnya:
        Huruf pertama kata Allah ialah a
        Dia bukan menipu, melainkan ditipu
       Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
C.      Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
        Nama ilmiah padi ialah Oriza sativa.
        Politik devide et impera pernah merajalela di benua hitam itu.
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut.
                        Negara itu telah mengalami beberapa kudeta (dari coup d’etat)

B.      Penulisan Kata
Kata Dasar
                Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
                        Misalnya:
Kantor pos sangat ramai.
Buku itu sudah saya baca.
Adik naik sepeda baru
(ketiga kalimat ini dibangun dengan gabungan kata dasar)

Kata Turunan
A.       Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
                Misalnya:
berbagai                                ketetapan                              sentuhan
                                gemetar                 mempertanyakan                                terhapus
B.       Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
                Misalnya:
                        diberi tahu, beri tahukan
                        bertanda tangan, tanda tangani
                        berlipat ganda, lipat gandakan
C.      Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
                Misalnya:
        memberitahukan
        ditandatangani
        melipatgandakan
Bentuk Ulang
                Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
        anak-anak, buku-buku, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk,
mondar-mandir, porak-poranda, biri-biri, kupu-kupu, laba-laba.

Gabungan Kata
A.       Gabungan kata yang lazim disebutkan kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, kerja sama, kereta api cepat luar biasa, meja tulis, orang tua, rumah sakit, terima kasih, mata kuliah.
B.           Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan   tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang berkaitan.
        Misalnya:
alat pandang-dengar (audio-visual), anak-istri saya (keluarga), buku sejarah-baru (sejarahnya yang baru), ibu-bapak (orang tua), orang-tua muda (ayat ibu muda) kaki-tangan penguasa (alat penguasa)
C.      Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata.
        Misalnya:
        acapkali, apabila, bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, halal-bihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari, olahraga, radioaktif, saputangan.
D.      Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adibusana, antarkota, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, inkonvensional, kosponsor,
mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolesterol, neokolonialisme, paripurna,
prasangka, purna-wirawan, swadaya, telepon, transmigrasi.
Jika bentuk terikan diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua unsur kata itu
ditulisakan tanda hubung (-).
Misalnya: non-Asia, neo-Nazi
Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk singkat kata aku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
           
aku bawa, aku ambil menjadi kubawa, kuambil
                engkau bawa, engkau ambil menjadi kaubawa, kauambil
Misalnya:
        Bolehkan aku ambil jeruk ini satu?
        Kalau mau, boleh engkau baca buku itu.
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut ini.
        Bolehkah kuambil jeruk ini satu?
        Kalau mau, boleh kaubaca buku itu.
Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
        Tinggalah bersama saya di sini.
        Di mana orang tuamu?
        Saya sudah makan di rumah teman.
        Ibuku sedang ke luar kota.
        Ia pantas tampil ke depan.
        Duduklah dulu, saya mau ke dalam sebentar.
        Bram berasal dari  keluarga terpelajar.
Akan tetapi, perhatikan penulisan yang berikut.
        Kinerja Lely lebih baik daripada Tuti.
        Kami percaya kepada Ada.
        Akhir-akhir ini beliau jarang kemari.

Kata Sandang si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Salah
Benar
Sikecil
si kecil
Sipemalu
si pemalu
Sangdiktator
sang diktator
Sangkancil
sang kancil
Partikel
A.       Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
        Bacalah peraturan ini sampai tuntas.
        Siapakah tokoh yang menemukan radium?
B.       Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
        Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tak percaya.
        Satu kali pun Dedy belum pernah datang ke rumahku.
Bukan hanya saya, melainkan dia pun turut serta.
                Catatan:
Kelompok berikut ini ditulis serangkaian, misalnya adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
                Misalnya:
        Adapun sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui.
        Bagaimanapun juga akan dicobanya mengajukan permohonan itu.
        Baik para dosen maupun mahasiswa ikut menjadi anggota koperasi.
        Walaupun hari hujan, ia datang juga.
C.      Partikel per yang berarti (demi), dan (tiap) ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
            Misalnya:
        Mereka masuk ruang satu per satu (satu demi satu).
        Harga kain itu Rp 2.000,00 per meter (tiap meter).

C.      Pemakaian Tanda baca
Tanda titik (.)
A.       Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
        Misalnya:
        Ayahku tinggal di Aceh.
        Anak kecil itu menangis.
        Mereka sedang minum kopi.
        Adik bungsunya bekerja di Samarinda.
B.       Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf pengkodean suatu judul bab dan subbab.
Misalnya:
III.  Departemen Dalam Negeri
A.       Direktorat Jendral PMD
B.       Direktorat Jendral Agraria
1.    Subdit ….
2.    Subdit ….

I.         Isi Karangan                                                 1.      Isi Karangan
A.       Uraian Umum                                       1.1    Uraian Umum
B.       Ilustrasi                                                  1.2    Ilustrasi
1.        Gambar                                        1.2.1 Gambar
2.        Tabel                                            1.2.2 Tabel
3.        Grafik                                            1.2.3 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka pada pengkodean sistem digit jika angka itu merupakan yang terakhir dalam deret angka sebelum judul bab atau subbab.
C.      Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu dan jangka waktu.
Misalnya:
        pukul 12.10.20 (pukul 12 lewat 10 menit 20 detik)
        12.10.20 (12 jam, 10 menit, dan 20 detik)
D.      Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
        Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
        Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
        Nomor gironya 5645678.
E.       Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Lawrence, Marry S, Writting as a Thingking Process. Ann Arbor: University of Michigan Press, 1974.
F.       Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
        Calon mahasiswa yang mendaftar mencapai 20.590 orang.
        Koleksi buku di perpustakaanku sebanyak 2.799.
G.      Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul, misalnya judul buku, karangan lain, kepala ilustrasi, atau tabel.
Misalnya:
        Catur Untuk Semua Umur (tanpa titk)
        Gambar 1: Bentuk Surat Resmi Indonesia Baru (tanpa titik)
H.      Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim atau tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
        Jakarta, 11 Januari 2005 (tanpa titik)
        Yth. Bapak. Tarmizi Hakim (tanpa titik)
        Jalan Arif Rahman Hakim No. 26 (tanpa titik)
        Palembang 12241 (tanpa titik)
Sumatera Selatan (tanpa titik)
Kantor Pengadilan Negeri (tanpa titik)
Jalan Teratai II/ 61 (tanpa titik)
Semarang 17350 (tanpa titik)
Tanda koma (,)
A.       Tanda koma dipaki di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:     
        Reny membeli permen, roti, dan air mineral.
        Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus, memerlukan prangko.
        Menteri, pengusaha, serta tukang becak, perlu makan.
B.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
                        Misalnya:
        Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
        Didik bukan anak saya, melainkan anak Pak Daud.
C.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
                        Misalnya:
Anak Kalimat
Induk Kalimat
Kalau hujan tidak reda
saya tidak akan pergi
Karena sakit,
kakek tidak bisa hadir

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:

Induk Kalimat
Anak Kalimat
Saya tidak akan pergi
kalau hujan tidak reda.
Kakek tidak bisa hadir
karena sakit.

D.      Tanda koma harus dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
                Misalnya:
        Meskipun begitu, kita harus tetap jaga-jaga.
        Jadi, masalahnya tidak semudah itu.
E.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
        O, begitu?
        Wah, bagus, ya?
        Aduh, sakitnya bukan main.
F.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
                Misalnya:
        Kata ibu, ”Saya berbahagia sekali”.
        ”Saya berbahagia sekali,” kata ibu.
Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
                Surat ini agar dikirim kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta Pusat. Sdr. Zulkifli Amsyah, Jalan Cempaka Wangi VII/11, Jakarta Utara 10640
Jakarta, 11 November 2004
Bangkok, Thailand
G.      Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
        Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diskusi Insan Mulia, 2001), hlm. 27.
H.      Tanda koma dipakai di antara orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
        A. Yasser Samad, S.S.
        Zukri Karyadi, M.A.
I.         Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
        Guru saya, Pak Malik, Pandai sekali.
        Di daerah Aceh, misalnya, masih banyak orang laki-laki makan sirih.
        Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti praktik komputer.
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang tidak diapit oleh tanda koma.
                Semua siswa yang berminat mengikuti lomba penulisan resensi segera mendaftarkan namanya   kepada panitia.
J.        Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersunguh-sungguh.
        Atas pertolongan Dewi, Kartika mengucapkan terima kasih.
K.       Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
        ”Di mana pameran itu diadakan?” tanya Sinta.
        ”Baca dengan teliti!” ujar Bu Guru.

Tanda Titik Koma (;)
A.       Tanda titik koma untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Hari makin siang; dagangannya belum juga terjual.
B.       Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mencuci mobil; ibu sibuk mengetik makalah; adik menghapal nama-nama menteri; saya sendiri asyik menonton siaran langsung pertandingan sepak bola.
C.      Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan unsur-unsur dalam kalimat kompleks yang tidak cukup dipisahkan dengan tanda koma demi memperjelas arti kalimat secara keseluruhan.
Misalnya:
Masalah kenakalan remaja bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab para orang tua, guru, polisi, atau pamong praja; sebab sebagian besar penduduk negeri ini terdiri atas anak-anak, remaja, dan pemuda di bawah umur 21 tahun.



 A.      Penulisan Huruf
1.       Huruf kapital atau huruf besar
A.       Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Kami menggunakan barang produksi dalam negeri.
Siapa yang datang tadi malam?
Ayo, angkat tanganmu tinggi-tinggi!
B.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, ”Kapan kita ke Taman Safari?”
Bapak menasihatkan, ”Jaga dirimu baik-baik, Nak!”
C.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan nama kitab suci, termasuk ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Islam, Kristen, Alkitab,  Quran, Weda, Injil.
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hambanya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
D.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim, Raden Wijaya.
E.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Presiden Yudhoyono, Mentri Pertanian, Gubernur Bali.
Profesor Supomo, Sekretaris Jendral Deplu.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
Kapten Amir telah naik pangkat menjadi mayor.
Keponakan saya bercita-cita menjadi presiden.         
F.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Albar Maulana
Kemal Hayati
Muhammad Rahyan
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 watt
2 ampere
5 volt
G.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa-bangsa dan bahasa. Perlu diingat, posisi tengah kalimat, yang dituliskan dengan huruf kapital hanya huruf pertama nama bangsa, nama suku, dan nama bahasa; sedangkan huruf pertama kata bangsa, suku, dan bahasa ditulis dengan huruf kecil.
Penulisan yang salah:
Dalam hal ini Bangsa Indonesia yang ….
…. tempat bermukim Suku Melayu sejak ….
…. memakai Bahasa Spanyol sebagai ….
Penulisan yang benar:
Dalam hal ini bangsa Indonesia yang ….
…. tempat bermukim suku Melayu sejak ….
…. memakai bahasa Spanyol sebagai ….
Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
        keinggris-inggrisan
        menjawakan bahasa Indonesia
H.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
        tahun Saka
        bulan November
        hari Jumat
        hari Natal
        perang Dipenogoro
Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Ir. Soekarno dan Drs. Moehammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Perlombaan persenjataan nuklir membawa risiko pecahnya perang dunia.
I.         Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.
                                                    Misalnya:
Salah
Benar
teluk Jakarta
Teluk Jakarta
gunung Semeru
Gunung Semeru
danau Toba
Danau Toba
selat  Sunda
Selat Sunda

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
        Jangan membuang sampah ke sungai.
        Mereka mendaki gunung yang tinggi.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
        garam inggris
        gula jawa
        soto madura
J.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, nama resmi badan/
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
        Departemen Pendidikan Nasional RI
        Majelis Permusyawaratan Rakyat
        Undang-Undang Dasar 1945
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi lembaga pemerintah, ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Perhatikan penulisan berikut.
        Dia menjadi pegawai di salah satu departemen.
        Menurut undang-undang, perbuatan itu melanggar hukum.
K.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf kapital setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan/ lembaga.
                Misalnya:
                        Perserikatan Bangsa-Bangsa.
                        Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.
L.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) dalam penulisan nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, dalam, yang, untuK yang tidak terletak pada posisi awal.
                Misalnya:
        Idrus menulis buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
        Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
        Dia agen surat kabar Suara Pembaharuan.
        Ia menulis makalah ”Fungsi Persuasif dalam Bahasa Iklan Media Elektronik”.
M.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti Bapak, Ibu,   Saudara, Kakak, Adik, Paman, yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
                Misalnya:
        ”Kapan Bapak berangkat?” tanya Nining kepada Ibu.
        Para ibu mengunjungi Ibu Febiola.
        Surat Saudara sudah saya terima.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai dalam penyapaan.
Misalnya:
        Kita semua harus menghormati bapak dan ibu kita.
        Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
N.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
        Dr.           : doktor
        M.M.       : magister manajemen
        Jend.      : jendral
        Sdr.         : saudara
O.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
        Misalnya:
        Apakah kegemaran Anda?
        Usulan Anda telah kami terima.

2.       Huruf Miring
A.       Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
                        Misalnya:
        majalah Prisma
        tabloid Nova
        Surat kabar Kompas
B.       Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
                        Misalnya:
        Huruf pertama kata Allah ialah a
        Dia bukan menipu, melainkan ditipu
       Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
C.      Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
        Nama ilmiah padi ialah Oriza sativa.
        Politik devide et impera pernah merajalela di benua hitam itu.
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut.
                        Negara itu telah mengalami beberapa kudeta (dari coup d’etat)

B.      Penulisan Kata
Kata Dasar
                Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
                        Misalnya:
Kantor pos sangat ramai.
Buku itu sudah saya baca.
Adik naik sepeda baru
(ketiga kalimat ini dibangun dengan gabungan kata dasar)

Kata Turunan
A.       Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
                Misalnya:
berbagai                                ketetapan                              sentuhan
                                gemetar                 mempertanyakan                                terhapus
B.       Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
                Misalnya:
                        diberi tahu, beri tahukan
                        bertanda tangan, tanda tangani
                        berlipat ganda, lipat gandakan
C.      Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
                Misalnya:
        memberitahukan
        ditandatangani
        melipatgandakan
Bentuk Ulang
                Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
        anak-anak, buku-buku, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk,
mondar-mandir, porak-poranda, biri-biri, kupu-kupu, laba-laba.

Gabungan Kata
A.       Gabungan kata yang lazim disebutkan kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, kerja sama, kereta api cepat luar biasa, meja tulis, orang tua, rumah sakit, terima kasih, mata kuliah.
B.           Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan   tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang berkaitan.
        Misalnya:
alat pandang-dengar (audio-visual), anak-istri saya (keluarga), buku sejarah-baru (sejarahnya yang baru), ibu-bapak (orang tua), orang-tua muda (ayat ibu muda) kaki-tangan penguasa (alat penguasa)
C.      Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata.
        Misalnya:
        acapkali, apabila, bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, halal-bihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari, olahraga, radioaktif, saputangan.
D.      Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adibusana, antarkota, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, inkonvensional, kosponsor,
mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolesterol, neokolonialisme, paripurna,
prasangka, purna-wirawan, swadaya, telepon, transmigrasi.
Jika bentuk terikan diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua unsur kata itu
ditulisakan tanda hubung (-).
Misalnya: non-Asia, neo-Nazi
Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk singkat kata aku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
           
aku bawa, aku ambil menjadi kubawa, kuambil
                engkau bawa, engkau ambil menjadi kaubawa, kauambil
Misalnya:
        Bolehkan aku ambil jeruk ini satu?
        Kalau mau, boleh engkau baca buku itu.
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut ini.
        Bolehkah kuambil jeruk ini satu?
        Kalau mau, boleh kaubaca buku itu.
Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
        Tinggalah bersama saya di sini.
        Di mana orang tuamu?
        Saya sudah makan di rumah teman.
        Ibuku sedang ke luar kota.
        Ia pantas tampil ke depan.
        Duduklah dulu, saya mau ke dalam sebentar.
        Bram berasal dari  keluarga terpelajar.
Akan tetapi, perhatikan penulisan yang berikut.
        Kinerja Lely lebih baik daripada Tuti.
        Kami percaya kepada Ada.
        Akhir-akhir ini beliau jarang kemari.

Kata Sandang si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Salah
Benar
Sikecil
si kecil
Sipemalu
si pemalu
Sangdiktator
sang diktator
Sangkancil
sang kancil
Partikel
A.       Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
        Bacalah peraturan ini sampai tuntas.
        Siapakah tokoh yang menemukan radium?
B.       Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
        Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tak percaya.
        Satu kali pun Dedy belum pernah datang ke rumahku.
Bukan hanya saya, melainkan dia pun turut serta.
                Catatan:
Kelompok berikut ini ditulis serangkaian, misalnya adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
                Misalnya:
        Adapun sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui.
        Bagaimanapun juga akan dicobanya mengajukan permohonan itu.
        Baik para dosen maupun mahasiswa ikut menjadi anggota koperasi.
        Walaupun hari hujan, ia datang juga.
C.      Partikel per yang berarti (demi), dan (tiap) ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
            Misalnya:
        Mereka masuk ruang satu per satu (satu demi satu).
        Harga kain itu Rp 2.000,00 per meter (tiap meter).

C.      Pemakaian Tanda baca
Tanda titik (.)
A.       Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
        Misalnya:
        Ayahku tinggal di Aceh.
        Anak kecil itu menangis.
        Mereka sedang minum kopi.
        Adik bungsunya bekerja di Samarinda.
B.       Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf pengkodean suatu judul bab dan subbab.
Misalnya:
III.  Departemen Dalam Negeri
A.       Direktorat Jendral PMD
B.       Direktorat Jendral Agraria
1.    Subdit ….
2.    Subdit ….

I.         Isi Karangan                                                 1.      Isi Karangan
A.       Uraian Umum                                       1.1    Uraian Umum
B.       Ilustrasi                                                  1.2    Ilustrasi
1.        Gambar                                        1.2.1 Gambar
2.        Tabel                                            1.2.2 Tabel
3.        Grafik                                            1.2.3 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka pada pengkodean sistem digit jika angka itu merupakan yang terakhir dalam deret angka sebelum judul bab atau subbab.
C.      Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu dan jangka waktu.
Misalnya:
        pukul 12.10.20 (pukul 12 lewat 10 menit 20 detik)
        12.10.20 (12 jam, 10 menit, dan 20 detik)
D.      Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
        Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
        Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
        Nomor gironya 5645678.
E.       Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Lawrence, Marry S, Writting as a Thingking Process. Ann Arbor: University of Michigan Press, 1974.
F.       Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
        Calon mahasiswa yang mendaftar mencapai 20.590 orang.
        Koleksi buku di perpustakaanku sebanyak 2.799.
G.      Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul, misalnya judul buku, karangan lain, kepala ilustrasi, atau tabel.
Misalnya:
        Catur Untuk Semua Umur (tanpa titk)
        Gambar 1: Bentuk Surat Resmi Indonesia Baru (tanpa titik)
H.      Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim atau tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
        Jakarta, 11 Januari 2005 (tanpa titik)
        Yth. Bapak. Tarmizi Hakim (tanpa titik)
        Jalan Arif Rahman Hakim No. 26 (tanpa titik)
        Palembang 12241 (tanpa titik)
Sumatera Selatan (tanpa titik)
Kantor Pengadilan Negeri (tanpa titik)
Jalan Teratai II/ 61 (tanpa titik)
Semarang 17350 (tanpa titik)
Tanda koma (,)
A.       Tanda koma dipaki di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:     
        Reny membeli permen, roti, dan air mineral.
        Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus, memerlukan prangko.
        Menteri, pengusaha, serta tukang becak, perlu makan.
B.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
                        Misalnya:
        Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
        Didik bukan anak saya, melainkan anak Pak Daud.
C.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
                        Misalnya:
Anak Kalimat
Induk Kalimat
Kalau hujan tidak reda
saya tidak akan pergi
Karena sakit,
kakek tidak bisa hadir

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:

Induk Kalimat
Anak Kalimat
Saya tidak akan pergi
kalau hujan tidak reda.
Kakek tidak bisa hadir
karena sakit.

D.      Tanda koma harus dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
                Misalnya:
        Meskipun begitu, kita harus tetap jaga-jaga.
        Jadi, masalahnya tidak semudah itu.
E.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
        O, begitu?
        Wah, bagus, ya?
        Aduh, sakitnya bukan main.
F.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
                Misalnya:
        Kata ibu, ”Saya berbahagia sekali”.
        ”Saya berbahagia sekali,” kata ibu.
Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
                Surat ini agar dikirim kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta Pusat. Sdr. Zulkifli Amsyah, Jalan Cempaka Wangi VII/11, Jakarta Utara 10640
Jakarta, 11 November 2004
Bangkok, Thailand
G.      Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
        Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diskusi Insan Mulia, 2001), hlm. 27.
H.      Tanda koma dipakai di antara orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
        A. Yasser Samad, S.S.
        Zukri Karyadi, M.A.
I.         Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
        Guru saya, Pak Malik, Pandai sekali.
        Di daerah Aceh, misalnya, masih banyak orang laki-laki makan sirih.
        Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti praktik komputer.
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang tidak diapit oleh tanda koma.
                Semua siswa yang berminat mengikuti lomba penulisan resensi segera mendaftarkan namanya   kepada panitia.
J.        Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersunguh-sungguh.
        Atas pertolongan Dewi, Kartika mengucapkan terima kasih.
K.       Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
        ”Di mana pameran itu diadakan?” tanya Sinta.
        ”Baca dengan teliti!” ujar Bu Guru.

Tanda Titik Koma (;)
A.       Tanda titik koma untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Hari makin siang; dagangannya belum juga terjual.
B.       Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mencuci mobil; ibu sibuk mengetik makalah; adik menghapal nama-nama menteri; saya sendiri asyik menonton siaran langsung pertandingan sepak bola.
C.      Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan unsur-unsur dalam kalimat kompleks yang tidak cukup dipisahkan dengan tanda koma demi memperjelas arti kalimat secara keseluruhan.
Misalnya:
Masalah kenakalan remaja bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab para orang tua, guru, polisi, atau pamong praja; sebab sebagian besar penduduk negeri ini terdiri atas anak-anak, remaja, dan pemuda di bawah umur 21 tahun.


Referensi:
            -     https://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/eyd/