A. Penulisan Huruf
1. Huruf kapital atau huruf besar
A. Huruf kapital atau huruf besar dipakai
sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Kami menggunakan barang produksi
dalam negeri.
Siapa yang datang tadi malam?
Ayo, angkat tanganmu tinggi-tinggi!
B. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, ”Kapan kita ke Taman
Safari?”
Bapak menasihatkan, ”Jaga dirimu
baik-baik, Nak!”
C. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan nama kitab suci,
termasuk ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Islam,
Kristen, Alkitab, Quran, Weda, Injil.
Tuhan akan menunjukkan jalan yang
benar kepada hambanya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke
jalan yang Engkau beri rahmat.
D. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama
orang.
Misalnya:
Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi
Ibrahim, Raden Wijaya.
E. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang
dipakai sebagai pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Presiden Yudhoyono, Mentri
Pertanian, Gubernur Bali.
Profesor Supomo, Sekretaris Jendral
Deplu.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi,
atau nama tempat.
Misalnya:
Siapakah gubernur yang baru
dilantik itu?
Kapten Amir telah naik pangkat
menjadi mayor.
Keponakan saya bercita-cita menjadi
presiden.
F. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Albar Maulana
Kemal Hayati
Muhammad Rahyan
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 watt
2 ampere
5 volt
G. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama bangsa, suku bangsa-bangsa dan bahasa. Perlu diingat, posisi
tengah kalimat, yang dituliskan dengan huruf kapital hanya huruf pertama nama
bangsa, nama suku, dan nama bahasa; sedangkan huruf pertama kata bangsa, suku,
dan bahasa ditulis dengan huruf kecil.
Penulisan yang salah:
Dalam hal ini Bangsa Indonesia yang
….
…. tempat bermukim Suku Melayu
sejak ….
…. memakai Bahasa Spanyol sebagai
….
Penulisan yang benar:
Dalam hal ini bangsa Indonesia yang
….
…. tempat bermukim suku Melayu
sejak ….
…. memakai bahasa Spanyol sebagai
….
Huruf kapital tidak dipakai sebagi
huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar
kata turunan.
Misalnya:
keinggris-inggrisan
menjawakan bahasa Indonesia
H. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
tahun Saka
bulan November
hari Jumat
hari Natal
perang Dipenogoro
Huruf kapital tidak dipakai sebagi
huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Ir. Soekarno dan Drs. Moehammad
Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Perlombaan persenjataan nuklir
membawa risiko pecahnya perang dunia.
I. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama khas dalam geografi.
Misalnya:
Salah
Benar
teluk Jakarta
Teluk Jakarta
gunung Semeru
Gunung Semeru
danau Toba
Danau Toba
selat Sunda
Selat Sunda
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
Jangan membuang sampah ke sungai.
Mereka mendaki gunung yang tinggi.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris
gula jawa
soto madura
J. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua unsur nama negara, nama resmi badan/
lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
Departemen Pendidikan Nasional RI
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Undang-Undang Dasar 1945
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama kata yang bukan nama resmi lembaga pemerintah, ketatanegaraan,
badan, serta nama dokumen resmi.
Perhatikan penulisan berikut.
Dia menjadi pegawai di salah satu
departemen.
Menurut undang-undang, perbuatan itu
melanggar hukum.
K. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
kapital setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan/
lembaga.
Misalnya:
Perserikatan
Bangsa-Bangsa.
Yayasan Ilmu-Ilmu
Sosial.
L. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) dalam penulisan
nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di,
ke, dari, dan, dalam, yang, untuK yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Idrus menulis buku Dari Ave Maria ke
Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia agen surat kabar Suara Pembaharuan.
Ia menulis makalah ”Fungsi Persuasif
dalam Bahasa Iklan Media Elektronik”.
M. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti Bapak, Ibu, Saudara, Kakak, Adik, Paman, yang dipakai
dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
”Kapan Bapak berangkat?” tanya Nining
kepada Ibu.
Para ibu mengunjungi Ibu Febiola.
Surat Saudara sudah saya terima.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai dalam penyapaan.
Misalnya:
Kita semua harus menghormati bapak dan
ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah
berkeluarga.
N. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr. : doktor
M.M. : magister manajemen
Jend. : jendral
Sdr. : saudara
O. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Apakah kegemaran Anda?
Usulan Anda telah kami terima.
2. Huruf Miring
A. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
Misalnya:
majalah Prisma
tabloid Nova
Surat kabar Kompas
B. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata Allah ialah a
Dia bukan menipu, melainkan ditipu
Bab ini tidak membicarakan penulisan
huruf kapital.
C. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan kata ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang sudah disesuaikan
ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah padi ialah Oriza sativa.
Politik devide et impera pernah
merajalela di benua hitam itu.
Akan tetapi, perhatikan penulisan
berikut.
Negara itu telah
mengalami beberapa kudeta (dari coup d’etat)
B. Penulisan Kata
Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar
ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Kantor pos sangat ramai.
Buku itu sudah saya baca.
Adik naik sepeda baru
(ketiga kalimat ini dibangun dengan
gabungan kata dasar)
Kata Turunan
A. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran)
ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
berbagai ketetapan sentuhan
gemetar mempertanyakan terhapus
B. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata,
awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya.
Misalnya:
diberi tahu, beri
tahukan
bertanda tangan, tanda
tangani
berlipat ganda, lipat gandakan
C. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan
kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Misalnya:
memberitahukan
ditandatangani
melipatgandakan
Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara
lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak, buku-buku, berjalan-jalan,
dibesar-besarkan, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk,
mondar-mandir, porak-poranda,
biri-biri, kupu-kupu, laba-laba.
Gabungan Kata
A. Gabungan kata yang lazim disebutkan kata
majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, kerja sama, kereta api
cepat luar biasa, meja tulis, orang tua, rumah sakit, terima kasih, mata
kuliah.
B. Gabungan kata, termasuk istilah
khusus, yang mungkin menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian
unsur yang berkaitan.
Misalnya:
alat pandang-dengar (audio-visual),
anak-istri saya (keluarga), buku sejarah-baru (sejarahnya yang baru), ibu-bapak
(orang tua), orang-tua muda (ayat ibu muda) kaki-tangan penguasa (alat
penguasa)
C. Gabungan kata berikut ditulis serangkai
karena hubungannya sudah sangat padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua
kata.
Misalnya:
acapkali, apabila, bagaimana,
barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti,
halal-bihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari, olahraga, radioaktif,
saputangan.
D. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya
dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adibusana, antarkota, biokimia,
caturtunggal, dasawarsa, inkonvensional, kosponsor,
mahasiswa, mancanegara, multilateral,
narapidana, nonkolesterol, neokolonialisme, paripurna,
prasangka, purna-wirawan, swadaya,
telepon, transmigrasi.
Jika bentuk terikan diikuti oleh
kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua unsur kata itu
ditulisakan tanda hubung (-).
Misalnya: non-Asia, neo-Nazi
Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau sebagai
bentuk singkat kata aku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya.
aku bawa, aku ambil menjadi kubawa,
kuambil
engkau bawa, engkau ambil
menjadi kaubawa, kauambil
Misalnya:
Bolehkan aku ambil jeruk ini satu?
Kalau mau, boleh engkau baca buku itu.
Akan tetapi, perhatikan penulisan
berikut ini.
Bolehkah kuambil jeruk ini satu?
Kalau mau, boleh kaubaca buku itu.
Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah
dianggap kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan
daripada.
Misalnya:
Tinggalah bersama saya di sini.
Di mana orang tuamu?
Saya sudah makan di rumah teman.
Ibuku sedang ke luar kota.
Ia pantas tampil ke depan.
Duduklah dulu, saya mau ke dalam
sebentar.
Bram berasal dari keluarga terpelajar.
Akan tetapi, perhatikan penulisan
yang berikut.
Kinerja Lely lebih baik daripada Tuti.
Kami percaya kepada Ada.
Akhir-akhir ini beliau jarang kemari.
Kata Sandang si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Salah
Benar
Sikecil
si kecil
Sipemalu
si pemalu
Sangdiktator
sang diktator
Sangkancil
sang kancil
Partikel
A. Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah peraturan ini sampai tuntas.
Siapakah tokoh yang menemukan radium?
B. Partikel pun ditulis terpisah dari kata
yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dikatakannya, aku tetap
tak percaya.
Satu kali pun Dedy belum pernah datang
ke rumahku.
Bukan hanya saya, melainkan dia pun
turut serta.
Catatan:
Kelompok berikut ini ditulis
serangkaian, misalnya adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun,
kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
Misalnya:
Adapun sebab-musababnya sampai sekarang
belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya
mengajukan permohonan itu.
Baik para dosen maupun mahasiswa ikut
menjadi anggota koperasi.
Walaupun hari hujan, ia datang juga.
C. Partikel per yang berarti (demi), dan
(tiap) ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ruang satu per satu (satu
demi satu).
Harga kain itu Rp 2.000,00 per meter
(tiap meter).
C. Pemakaian Tanda baca
Tanda titik (.)
A. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat
yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Aceh.
Anak kecil itu menangis.
Mereka sedang minum kopi.
Adik bungsunya bekerja di Samarinda.
B. Tanda titik dipakai di belakang angka
atau huruf pengkodean suatu judul bab dan subbab.
Misalnya:
III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jendral PMD
B. Direktorat Jendral Agraria
1. Subdit ….
2. Subdit ….
I. Isi Karangan
1. Isi Karangan
A. Uraian Umum 1.1 Uraian Umum
B. Ilustrasi
1.2 Ilustrasi
1. Gambar 1.2.1
Gambar
2. Tabel
1.2.2 Tabel
3. Grafik 1.2.3 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di
belakang angka pada pengkodean sistem digit jika angka itu merupakan yang
terakhir dalam deret angka sebelum judul bab atau subbab.
C. Tanda titik dipakai untuk memisahkan
angka, jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu dan jangka waktu.
Misalnya:
pukul 12.10.20 (pukul 12 lewat 10 menit
20 detik)
12.10.20 (12 jam, 10 menit, dan 20
detik)
D. Tanda titik tidak dipakai untuk
memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
E. Tanda titik dipakai di antara nama
penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru,
dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Lawrence, Marry S, Writting as a
Thingking Process. Ann Arbor: University of Michigan Press, 1974.
F. Tanda titik dipakai untuk memisahkan
bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Calon mahasiswa yang mendaftar mencapai
20.590 orang.
Koleksi buku di perpustakaanku sebanyak
2.799.
G. Tanda titik tidak dipakai pada akhir
judul, misalnya judul buku, karangan lain, kepala ilustrasi, atau tabel.
Misalnya:
Catur Untuk Semua Umur (tanpa titk)
Gambar 1: Bentuk Surat Resmi Indonesia
Baru (tanpa titik)
H. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1)
alamat pengirim atau tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jakarta, 11 Januari 2005 (tanpa titik)
Yth. Bapak. Tarmizi Hakim (tanpa titik)
Jalan Arif Rahman Hakim No. 26 (tanpa
titik)
Palembang 12241 (tanpa titik)
Sumatera Selatan (tanpa titik)
Kantor Pengadilan Negeri (tanpa
titik)
Jalan Teratai II/ 61 (tanpa titik)
Semarang 17350 (tanpa titik)
Tanda koma (,)
A. Tanda koma dipaki di antara unsur-unsur
dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Reny membeli permen, roti, dan air
mineral.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat
khusus, memerlukan prangko.
Menteri, pengusaha, serta tukang becak,
perlu makan.
B. Tanda koma dipakai untuk memisahkan
kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh
kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didik bukan anak saya, melainkan anak
Pak Daud.
C. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak
kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Anak Kalimat
Induk Kalimat
Kalau hujan tidak reda
saya tidak akan pergi
Karena sakit,
kakek tidak bisa hadir
Tanda koma tidak dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak itu mengiringi induk
kalimatnya.
Misalnya:
Induk Kalimat
Anak Kalimat
Saya tidak akan pergi
kalau hujan tidak reda.
Kakek tidak bisa hadir
karena sakit.
D. Tanda koma harus dipakai di belakang kata
atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti
oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
Meskipun begitu, kita harus tetap
jaga-jaga.
Jadi, masalahnya tidak semudah itu.
E. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata
seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam
kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bagus, ya?
Aduh, sakitnya bukan main.
F. Tanda koma dipakai untuk memisahkan
petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata ibu, ”Saya berbahagia sekali”.
”Saya berbahagia sekali,” kata ibu.
Tanda koma dipakai di antara (i)
nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv)
nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat ini agar dikirim kepada
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta
Pusat. Sdr. Zulkifli Amsyah, Jalan Cempaka Wangi VII/11, Jakarta Utara 10640
Jakarta, 11 November 2004
Bangkok, Thailand
G. Tanda koma dipakai di antara
bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Diskusi Insan Mulia, 2001), hlm. 27.
H. Tanda koma dipakai di antara orang dan
gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga.
Misalnya:
A. Yasser Samad, S.S.
Zukri Karyadi, M.A.
I. Tanda koma dipakai untuk mengapit
keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Guru saya, Pak Malik, Pandai sekali.
Di daerah Aceh, misalnya, masih banyak
orang laki-laki makan sirih.
Semua siswa, baik yang laki-laki maupun
yang perempuan, mengikuti praktik komputer.
Bandingkan dengan keterangan
pembatas yang tidak diapit oleh tanda koma.
Semua siswa yang berminat
mengikuti lomba penulisan resensi segera mendaftarkan namanya kepada panitia.
J. Tanda koma dipakai untuk menghindari
salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan
bahasa, kita memerlukan sikap yang bersunguh-sungguh.
Atas pertolongan Dewi, Kartika
mengucapkan terima kasih.
K. Tanda koma tidak dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat
jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
”Di mana pameran itu diadakan?” tanya
Sinta.
”Baca dengan teliti!” ujar Bu Guru.
Tanda Titik Koma (;)
A. Tanda titik koma untuk memisahkan
bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Hari makin siang; dagangannya belum
juga terjual.
B. Tanda titik koma dipakai sebagai
pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat
majemuk.
Misalnya:
Ayah mencuci mobil; ibu sibuk
mengetik makalah; adik menghapal nama-nama menteri; saya sendiri asyik menonton
siaran langsung pertandingan sepak bola.
C. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan
unsur-unsur dalam kalimat kompleks yang tidak cukup dipisahkan dengan tanda
koma demi memperjelas arti kalimat secara keseluruhan.
Misalnya:
Masalah kenakalan remaja bukanlah
semata-mata menjadi tanggung jawab para orang tua, guru, polisi, atau pamong
praja; sebab sebagian besar penduduk negeri ini terdiri atas anak-anak, remaja,
dan pemuda di bawah umur 21 tahun.
Referensi:
- https://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/eyd/
- https://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/eyd/
A. Penulisan Huruf
1. Huruf kapital atau huruf besar
A. Huruf kapital atau huruf besar dipakai
sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Kami menggunakan barang produksi
dalam negeri.
Siapa yang datang tadi malam?
Ayo, angkat tanganmu tinggi-tinggi!
B. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, ”Kapan kita ke Taman
Safari?”
Bapak menasihatkan, ”Jaga dirimu
baik-baik, Nak!”
C. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan nama kitab suci,
termasuk ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Islam,
Kristen, Alkitab, Quran, Weda, Injil.
Tuhan akan menunjukkan jalan yang
benar kepada hambanya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke
jalan yang Engkau beri rahmat.
D. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama
orang.
Misalnya:
Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi
Ibrahim, Raden Wijaya.
E. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang
dipakai sebagai pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Presiden Yudhoyono, Mentri
Pertanian, Gubernur Bali.
Profesor Supomo, Sekretaris Jendral
Deplu.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi,
atau nama tempat.
Misalnya:
Siapakah gubernur yang baru
dilantik itu?
Kapten Amir telah naik pangkat
menjadi mayor.
Keponakan saya bercita-cita menjadi
presiden.
F. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Albar Maulana
Kemal Hayati
Muhammad Rahyan
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 watt
2 ampere
5 volt
G. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama bangsa, suku bangsa-bangsa dan bahasa. Perlu diingat, posisi
tengah kalimat, yang dituliskan dengan huruf kapital hanya huruf pertama nama
bangsa, nama suku, dan nama bahasa; sedangkan huruf pertama kata bangsa, suku,
dan bahasa ditulis dengan huruf kecil.
Penulisan yang salah:
Dalam hal ini Bangsa Indonesia yang
….
…. tempat bermukim Suku Melayu
sejak ….
…. memakai Bahasa Spanyol sebagai
….
Penulisan yang benar:
Dalam hal ini bangsa Indonesia yang
….
…. tempat bermukim suku Melayu
sejak ….
…. memakai bahasa Spanyol sebagai
….
Huruf kapital tidak dipakai sebagi
huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar
kata turunan.
Misalnya:
keinggris-inggrisan
menjawakan bahasa Indonesia
H. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
tahun Saka
bulan November
hari Jumat
hari Natal
perang Dipenogoro
Huruf kapital tidak dipakai sebagi
huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Ir. Soekarno dan Drs. Moehammad
Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Perlombaan persenjataan nuklir
membawa risiko pecahnya perang dunia.
I. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama khas dalam geografi.
Misalnya:
Salah
Benar
teluk Jakarta
Teluk Jakarta
gunung Semeru
Gunung Semeru
danau Toba
Danau Toba
selat Sunda
Selat Sunda
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
Jangan membuang sampah ke sungai.
Mereka mendaki gunung yang tinggi.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris
gula jawa
soto madura
J. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua unsur nama negara, nama resmi badan/
lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
Departemen Pendidikan Nasional RI
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Undang-Undang Dasar 1945
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama kata yang bukan nama resmi lembaga pemerintah, ketatanegaraan,
badan, serta nama dokumen resmi.
Perhatikan penulisan berikut.
Dia menjadi pegawai di salah satu
departemen.
Menurut undang-undang, perbuatan itu
melanggar hukum.
K. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
kapital setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan/
lembaga.
Misalnya:
Perserikatan
Bangsa-Bangsa.
Yayasan Ilmu-Ilmu
Sosial.
L. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) dalam penulisan
nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di,
ke, dari, dan, dalam, yang, untuK yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Idrus menulis buku Dari Ave Maria ke
Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia agen surat kabar Suara Pembaharuan.
Ia menulis makalah ”Fungsi Persuasif
dalam Bahasa Iklan Media Elektronik”.
M. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti Bapak, Ibu, Saudara, Kakak, Adik, Paman, yang dipakai
dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
”Kapan Bapak berangkat?” tanya Nining
kepada Ibu.
Para ibu mengunjungi Ibu Febiola.
Surat Saudara sudah saya terima.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai dalam penyapaan.
Misalnya:
Kita semua harus menghormati bapak dan
ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah
berkeluarga.
N. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr. : doktor
M.M. : magister manajemen
Jend. : jendral
Sdr. : saudara
O. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Apakah kegemaran Anda?
Usulan Anda telah kami terima.
2. Huruf Miring
A. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
Misalnya:
majalah Prisma
tabloid Nova
Surat kabar Kompas
B. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata Allah ialah a
Dia bukan menipu, melainkan ditipu
Bab ini tidak membicarakan penulisan
huruf kapital.
C. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan kata ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang sudah disesuaikan
ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah padi ialah Oriza sativa.
Politik devide et impera pernah
merajalela di benua hitam itu.
Akan tetapi, perhatikan penulisan
berikut.
Negara itu telah
mengalami beberapa kudeta (dari coup d’etat)
B. Penulisan Kata
Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar
ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Kantor pos sangat ramai.
Buku itu sudah saya baca.
Adik naik sepeda baru
(ketiga kalimat ini dibangun dengan
gabungan kata dasar)
Kata Turunan
A. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran)
ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
berbagai ketetapan sentuhan
gemetar mempertanyakan terhapus
B. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata,
awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya.
Misalnya:
diberi tahu, beri
tahukan
bertanda tangan, tanda
tangani
berlipat ganda, lipat gandakan
C. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan
kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Misalnya:
memberitahukan
ditandatangani
melipatgandakan
Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara
lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak, buku-buku, berjalan-jalan,
dibesar-besarkan, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk,
mondar-mandir, porak-poranda,
biri-biri, kupu-kupu, laba-laba.
Gabungan Kata
A. Gabungan kata yang lazim disebutkan kata
majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, kerja sama, kereta api
cepat luar biasa, meja tulis, orang tua, rumah sakit, terima kasih, mata
kuliah.
B. Gabungan kata, termasuk istilah
khusus, yang mungkin menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian
unsur yang berkaitan.
Misalnya:
alat pandang-dengar (audio-visual),
anak-istri saya (keluarga), buku sejarah-baru (sejarahnya yang baru), ibu-bapak
(orang tua), orang-tua muda (ayat ibu muda) kaki-tangan penguasa (alat
penguasa)
C. Gabungan kata berikut ditulis serangkai
karena hubungannya sudah sangat padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua
kata.
Misalnya:
acapkali, apabila, bagaimana,
barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti,
halal-bihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari, olahraga, radioaktif,
saputangan.
D. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya
dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adibusana, antarkota, biokimia,
caturtunggal, dasawarsa, inkonvensional, kosponsor,
mahasiswa, mancanegara, multilateral,
narapidana, nonkolesterol, neokolonialisme, paripurna,
prasangka, purna-wirawan, swadaya,
telepon, transmigrasi.
Jika bentuk terikan diikuti oleh
kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua unsur kata itu
ditulisakan tanda hubung (-).
Misalnya: non-Asia, neo-Nazi
Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau sebagai
bentuk singkat kata aku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya.
aku bawa, aku ambil menjadi kubawa,
kuambil
engkau bawa, engkau ambil
menjadi kaubawa, kauambil
Misalnya:
Bolehkan aku ambil jeruk ini satu?
Kalau mau, boleh engkau baca buku itu.
Akan tetapi, perhatikan penulisan
berikut ini.
Bolehkah kuambil jeruk ini satu?
Kalau mau, boleh kaubaca buku itu.
Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah
dianggap kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan
daripada.
Misalnya:
Tinggalah bersama saya di sini.
Di mana orang tuamu?
Saya sudah makan di rumah teman.
Ibuku sedang ke luar kota.
Ia pantas tampil ke depan.
Duduklah dulu, saya mau ke dalam
sebentar.
Bram berasal dari keluarga terpelajar.
Akan tetapi, perhatikan penulisan
yang berikut.
Kinerja Lely lebih baik daripada Tuti.
Kami percaya kepada Ada.
Akhir-akhir ini beliau jarang kemari.
Kata Sandang si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Salah
Benar
Sikecil
si kecil
Sipemalu
si pemalu
Sangdiktator
sang diktator
Sangkancil
sang kancil
Partikel
A. Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah peraturan ini sampai tuntas.
Siapakah tokoh yang menemukan radium?
B. Partikel pun ditulis terpisah dari kata
yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dikatakannya, aku tetap
tak percaya.
Satu kali pun Dedy belum pernah datang
ke rumahku.
Bukan hanya saya, melainkan dia pun
turut serta.
Catatan:
Kelompok berikut ini ditulis
serangkaian, misalnya adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun,
kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
Misalnya:
Adapun sebab-musababnya sampai sekarang
belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya
mengajukan permohonan itu.
Baik para dosen maupun mahasiswa ikut
menjadi anggota koperasi.
Walaupun hari hujan, ia datang juga.
C. Partikel per yang berarti (demi), dan
(tiap) ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ruang satu per satu (satu
demi satu).
Harga kain itu Rp 2.000,00 per meter
(tiap meter).
C. Pemakaian Tanda baca
Tanda titik (.)
A. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat
yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Aceh.
Anak kecil itu menangis.
Mereka sedang minum kopi.
Adik bungsunya bekerja di Samarinda.
B. Tanda titik dipakai di belakang angka
atau huruf pengkodean suatu judul bab dan subbab.
Misalnya:
III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jendral PMD
B. Direktorat Jendral Agraria
1. Subdit ….
2. Subdit ….
I. Isi Karangan
1. Isi Karangan
A. Uraian Umum 1.1 Uraian Umum
B. Ilustrasi
1.2 Ilustrasi
1. Gambar 1.2.1
Gambar
2. Tabel
1.2.2 Tabel
3. Grafik 1.2.3 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di
belakang angka pada pengkodean sistem digit jika angka itu merupakan yang
terakhir dalam deret angka sebelum judul bab atau subbab.
C. Tanda titik dipakai untuk memisahkan
angka, jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu dan jangka waktu.
Misalnya:
pukul 12.10.20 (pukul 12 lewat 10 menit
20 detik)
12.10.20 (12 jam, 10 menit, dan 20
detik)
D. Tanda titik tidak dipakai untuk
memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
E. Tanda titik dipakai di antara nama
penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru,
dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Lawrence, Marry S, Writting as a
Thingking Process. Ann Arbor: University of Michigan Press, 1974.
F. Tanda titik dipakai untuk memisahkan
bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Calon mahasiswa yang mendaftar mencapai
20.590 orang.
Koleksi buku di perpustakaanku sebanyak
2.799.
G. Tanda titik tidak dipakai pada akhir
judul, misalnya judul buku, karangan lain, kepala ilustrasi, atau tabel.
Misalnya:
Catur Untuk Semua Umur (tanpa titk)
Gambar 1: Bentuk Surat Resmi Indonesia
Baru (tanpa titik)
H. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1)
alamat pengirim atau tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jakarta, 11 Januari 2005 (tanpa titik)
Yth. Bapak. Tarmizi Hakim (tanpa titik)
Jalan Arif Rahman Hakim No. 26 (tanpa
titik)
Palembang 12241 (tanpa titik)
Sumatera Selatan (tanpa titik)
Kantor Pengadilan Negeri (tanpa
titik)
Jalan Teratai II/ 61 (tanpa titik)
Semarang 17350 (tanpa titik)
Tanda koma (,)
A. Tanda koma dipaki di antara unsur-unsur
dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Reny membeli permen, roti, dan air
mineral.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat
khusus, memerlukan prangko.
Menteri, pengusaha, serta tukang becak,
perlu makan.
B. Tanda koma dipakai untuk memisahkan
kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh
kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didik bukan anak saya, melainkan anak
Pak Daud.
C. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak
kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Anak Kalimat
Induk Kalimat
Kalau hujan tidak reda
saya tidak akan pergi
Karena sakit,
kakek tidak bisa hadir
Tanda koma tidak dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak itu mengiringi induk
kalimatnya.
Misalnya:
Induk Kalimat
Anak Kalimat
Saya tidak akan pergi
kalau hujan tidak reda.
Kakek tidak bisa hadir
karena sakit.
D. Tanda koma harus dipakai di belakang kata
atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti
oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
Meskipun begitu, kita harus tetap
jaga-jaga.
Jadi, masalahnya tidak semudah itu.
E. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata
seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam
kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bagus, ya?
Aduh, sakitnya bukan main.
F. Tanda koma dipakai untuk memisahkan
petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata ibu, ”Saya berbahagia sekali”.
”Saya berbahagia sekali,” kata ibu.
Tanda koma dipakai di antara (i)
nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv)
nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat ini agar dikirim kepada
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta
Pusat. Sdr. Zulkifli Amsyah, Jalan Cempaka Wangi VII/11, Jakarta Utara 10640
Jakarta, 11 November 2004
Bangkok, Thailand
G. Tanda koma dipakai di antara
bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Diskusi Insan Mulia, 2001), hlm. 27.
H. Tanda koma dipakai di antara orang dan
gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga.
Misalnya:
A. Yasser Samad, S.S.
Zukri Karyadi, M.A.
I. Tanda koma dipakai untuk mengapit
keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Guru saya, Pak Malik, Pandai sekali.
Di daerah Aceh, misalnya, masih banyak
orang laki-laki makan sirih.
Semua siswa, baik yang laki-laki maupun
yang perempuan, mengikuti praktik komputer.
Bandingkan dengan keterangan
pembatas yang tidak diapit oleh tanda koma.
Semua siswa yang berminat
mengikuti lomba penulisan resensi segera mendaftarkan namanya kepada panitia.
J. Tanda koma dipakai untuk menghindari
salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan
bahasa, kita memerlukan sikap yang bersunguh-sungguh.
Atas pertolongan Dewi, Kartika
mengucapkan terima kasih.
K. Tanda koma tidak dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat
jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
”Di mana pameran itu diadakan?” tanya
Sinta.
”Baca dengan teliti!” ujar Bu Guru.
Tanda Titik Koma (;)
A. Tanda titik koma untuk memisahkan
bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Hari makin siang; dagangannya belum
juga terjual.
B. Tanda titik koma dipakai sebagai
pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat
majemuk.
Misalnya:
Ayah mencuci mobil; ibu sibuk
mengetik makalah; adik menghapal nama-nama menteri; saya sendiri asyik menonton
siaran langsung pertandingan sepak bola.
C. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan
unsur-unsur dalam kalimat kompleks yang tidak cukup dipisahkan dengan tanda
koma demi memperjelas arti kalimat secara keseluruhan.
Misalnya:
Masalah kenakalan remaja bukanlah
semata-mata menjadi tanggung jawab para orang tua, guru, polisi, atau pamong
praja; sebab sebagian besar penduduk negeri ini terdiri atas anak-anak, remaja,
dan pemuda di bawah umur 21 tahun.
Referensi:
- https://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/eyd/
- https://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/eyd/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar